mengenai politik:kita tidak sedang baik-baik saja
Akhir-akhir ini banyak sekali peristiwa di sekitarku mengenai politik sebagai imbas dari 2018-2019 yang merupakan tahun politik baik di daerah maupun di pusat. efeknya semua hal harus dilakukan dengan segala kehati hatian, sampai acara bakti sosial yang biasanya di tanam kota harus dipindahkan ke tempat yang lebih formal dan lingkup lebih kecil dengan dasar untuk menghindari risiko dijadikan alat politik oleh oknum politik. sebegitu mengerikannya politik sampai harus dihindari ?????
di tulisan kali ini akan gak akan berbicara banyak mengenai teori politik dan pandanganku terhadap politik di Indonesia seperti apa, karena aku bukan ahli dalam bidangnya takutnya pandangan teoritis aku tidak berdasar. tapi, aku akan menceritakan pandangan aku mengenai kejadian politik secara umum saja.
Jadi gini, ada orang yang anti banget sama politik tapi ada juga orang yang menggebu atau berhastrat untuk duduk dalam lingkaran politik, menurutku itu sesuatu yang wajar karena coba banyangin kalau gak ada yang mau masuk partai gak akan ada DPR yang ngisi di senanyan. dan kita perlu memiliki pikiran yang terbuka untuk paham dulu maksud orang lain, bukan hanya dengar lalu langsung menghakimi. karena dasarnya semua orang itu punya jalan pikiran yang beda, pendapat yang beda, nilai yang beda, tapi pasti ada kesamaan presepsi jika pesan yang disampaikan itu kita pahami.
aku akan mulai menceritakan pendapat mengenai kartu kuning jokowi yang viral banget, kartu kuning jokowi itu merupakan sebuah peristiwa pemberian kartu kuning dan priwit oleh ketua BEM UI saat dies natalis di UI, nah pandanganku mengenai doi itu gak salah-salah banget, dan kurang setuju dengan komentar netizen yang lebih banyak memojokan dia untuk belajar dulu baru protes ke pemerintah, menurutku sikap dia yang kayak gitu nunjukin bahwa setidaknya dia "tidak apatis" pada bangsa ini, dia mau bergerak dan menyadarkan presieden kita mengenai gizi buruk di Asmat. mungkin ada yang bilang perilaku nya tidak etis, yaa mungkin yang anda sebut etis itu yang mengirim surat ke presiden atau mengirim email ke presiden. tapi sekali lagi,tingkatan etis atau standar etis tiap orang itu berbeda. bandingkan saja dengan amerika yang memang disana tingkat kebebasan berpendapat saja sangat luar biasa bebas, tapi mereka sangat menghargai kebebesan itu. karena hidup ini memang harus ada yang mengontrol, seperti diri ini saja kita perlu ujian akhir semester untuk mengetahui kemampuan kita selama satu semester ini. begitu pun dengan pemerintah , mereka pun butuh mitra kritis yang masih muda yang memiliki cita-cita sama untuk memajukan bangsa ini yaitu mahasiswa.
kejadian kedua yang aku mau kasih pendapat adalah banyaknya anak muda yang jadi anggota partai dan jadi relawan paslon. menurutkuu gak ada yang salah dari itu,toh kegiatan mereka itu positif yang mampu memperluas wawasan yang bersangkutan, menurutku orang yang ikut dengan benar-benar jadi kader atau relawan itu menunjukan sikap dia dalam berpolitik, mereka mau masuk ke dalam sistem yang telah ada atau mau merubah sistem itu. Dalam media sosial tidak sedikit yang "nyinyir" mengenai aktivitas anak muda yang masuk ke politik, sekiranya kader atau relawan itu memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan apa salahnya kita dukung meskipun kita tidak memilih calon atau partai itu. ada pepatah gini : tidak mencintai bukan berarti harus membenci, begitupun dengan hal ini, cobalah untuk berpikiran poitif tentang hawa panas taun ini dan taun depan.
pembahasan terkahir yang ingin aku tulis adalah kita generasi muda Indonesia yang kebanyakan lahir tahun 90-an memilki potensi yang tinggi untuk masa depan, 5-10 tahun kedapan Indonesia ada di tangan generasi kita. 5 - 10 tahun kedepan kita telah menjadi seorang profesional di bidang masing-masing yang pastinya berkontribusi untuk Tanah air tercinta ini, 5 - 10 tahun ke depan temen-temen mahasiwa yang belajar di luar negeri akan pulang dan akan bersama membangun bangsa ini. Kita yang mampu untuk mengunting sistem yang ada ini, merubah, memperbaiki, atau terus meningkatkan, Untuk menjemput masa depan itu kita dari saat harus mempunyai sikap terhadap sistem politik ini, saya tidak bertujuan menggiring pembaca untuk mau berpolitik semua, tapi saya mengajak generasi saya untuk mempunyai sikap terhadap sistem ini jangan ACUH, merasa bahwa kita baik-baik saja, disadari atau tidak disadari kita selalu berada dalam keadaan TIDAK baik-baik saja karena dunia global sedang mengincar Indonesia, kita perlu memiliki masyarakat yang cerdas dan berdaya untuk menghadapi persaingan ini, dan perlu juga dipimpin oleh seseorang yang tepat. bagaimana kita mau memiliki pemimpin yang tepat jika sikap kita acuh??
lalu, bagaiaman sikap saya? jujur saya saat ini, tidak ingin masuk jajaran legislatif di pemerintahan, tapi saya mau ORANG yang duduk di pemerintahan adalah orang yang TEPAT. mungkin memang untuk merealisasikan gagasan saya dan idealis yang saya miliki mungkin saya harus masuk sistem di masa depan dengan semua risiko yang sudah ada di masa depan, tapi, saya optimis di masa depan bersama rekan-rekan satu generasi sistem ini akan lebih baik.
di tulisan kali ini akan gak akan berbicara banyak mengenai teori politik dan pandanganku terhadap politik di Indonesia seperti apa, karena aku bukan ahli dalam bidangnya takutnya pandangan teoritis aku tidak berdasar. tapi, aku akan menceritakan pandangan aku mengenai kejadian politik secara umum saja.
Jadi gini, ada orang yang anti banget sama politik tapi ada juga orang yang menggebu atau berhastrat untuk duduk dalam lingkaran politik, menurutku itu sesuatu yang wajar karena coba banyangin kalau gak ada yang mau masuk partai gak akan ada DPR yang ngisi di senanyan. dan kita perlu memiliki pikiran yang terbuka untuk paham dulu maksud orang lain, bukan hanya dengar lalu langsung menghakimi. karena dasarnya semua orang itu punya jalan pikiran yang beda, pendapat yang beda, nilai yang beda, tapi pasti ada kesamaan presepsi jika pesan yang disampaikan itu kita pahami.
aku akan mulai menceritakan pendapat mengenai kartu kuning jokowi yang viral banget, kartu kuning jokowi itu merupakan sebuah peristiwa pemberian kartu kuning dan priwit oleh ketua BEM UI saat dies natalis di UI, nah pandanganku mengenai doi itu gak salah-salah banget, dan kurang setuju dengan komentar netizen yang lebih banyak memojokan dia untuk belajar dulu baru protes ke pemerintah, menurutku sikap dia yang kayak gitu nunjukin bahwa setidaknya dia "tidak apatis" pada bangsa ini, dia mau bergerak dan menyadarkan presieden kita mengenai gizi buruk di Asmat. mungkin ada yang bilang perilaku nya tidak etis, yaa mungkin yang anda sebut etis itu yang mengirim surat ke presiden atau mengirim email ke presiden. tapi sekali lagi,tingkatan etis atau standar etis tiap orang itu berbeda. bandingkan saja dengan amerika yang memang disana tingkat kebebasan berpendapat saja sangat luar biasa bebas, tapi mereka sangat menghargai kebebesan itu. karena hidup ini memang harus ada yang mengontrol, seperti diri ini saja kita perlu ujian akhir semester untuk mengetahui kemampuan kita selama satu semester ini. begitu pun dengan pemerintah , mereka pun butuh mitra kritis yang masih muda yang memiliki cita-cita sama untuk memajukan bangsa ini yaitu mahasiswa.
kejadian kedua yang aku mau kasih pendapat adalah banyaknya anak muda yang jadi anggota partai dan jadi relawan paslon. menurutkuu gak ada yang salah dari itu,toh kegiatan mereka itu positif yang mampu memperluas wawasan yang bersangkutan, menurutku orang yang ikut dengan benar-benar jadi kader atau relawan itu menunjukan sikap dia dalam berpolitik, mereka mau masuk ke dalam sistem yang telah ada atau mau merubah sistem itu. Dalam media sosial tidak sedikit yang "nyinyir" mengenai aktivitas anak muda yang masuk ke politik, sekiranya kader atau relawan itu memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan apa salahnya kita dukung meskipun kita tidak memilih calon atau partai itu. ada pepatah gini : tidak mencintai bukan berarti harus membenci, begitupun dengan hal ini, cobalah untuk berpikiran poitif tentang hawa panas taun ini dan taun depan.
pembahasan terkahir yang ingin aku tulis adalah kita generasi muda Indonesia yang kebanyakan lahir tahun 90-an memilki potensi yang tinggi untuk masa depan, 5-10 tahun kedapan Indonesia ada di tangan generasi kita. 5 - 10 tahun kedepan kita telah menjadi seorang profesional di bidang masing-masing yang pastinya berkontribusi untuk Tanah air tercinta ini, 5 - 10 tahun ke depan temen-temen mahasiwa yang belajar di luar negeri akan pulang dan akan bersama membangun bangsa ini. Kita yang mampu untuk mengunting sistem yang ada ini, merubah, memperbaiki, atau terus meningkatkan, Untuk menjemput masa depan itu kita dari saat harus mempunyai sikap terhadap sistem politik ini, saya tidak bertujuan menggiring pembaca untuk mau berpolitik semua, tapi saya mengajak generasi saya untuk mempunyai sikap terhadap sistem ini jangan ACUH, merasa bahwa kita baik-baik saja, disadari atau tidak disadari kita selalu berada dalam keadaan TIDAK baik-baik saja karena dunia global sedang mengincar Indonesia, kita perlu memiliki masyarakat yang cerdas dan berdaya untuk menghadapi persaingan ini, dan perlu juga dipimpin oleh seseorang yang tepat. bagaimana kita mau memiliki pemimpin yang tepat jika sikap kita acuh??
lalu, bagaiaman sikap saya? jujur saya saat ini, tidak ingin masuk jajaran legislatif di pemerintahan, tapi saya mau ORANG yang duduk di pemerintahan adalah orang yang TEPAT. mungkin memang untuk merealisasikan gagasan saya dan idealis yang saya miliki mungkin saya harus masuk sistem di masa depan dengan semua risiko yang sudah ada di masa depan, tapi, saya optimis di masa depan bersama rekan-rekan satu generasi sistem ini akan lebih baik.
So do I, keep writing ❤
BalasHapus